Oleh : Suroto
Ketua AKSES INDONESIA
Poscyber (opini) – Ibu Dame Pauline Green, ketika dia masih menjabat sebagai Presiden organisasi gerakan koperasi dunia, International Cooperative Alliance (ICA) berkunjung ke Indonesia tahun 2015. Saya senang karena punya banyak waktu bertemu dan berdiskusi banyak hal denganya ketika di Bali waktu itu. Satu hal yang dia katakan pada saya adalah tentang agenda audiensinya dengan Paus Fransiskus di Vatikan tahun 2014.
Dia katakan, ketika beraudiensi dengan Paus sedikit terkaget. Ternyata Paus Fransiskus paham betul apa itu koperasi. Ibu Pauline, presiden ICA perempuan pertama sejak organisasi ini berdiri tahun 1895 katakan pada saya, ternyata Paus paham betul dengan koperasi.
Paus Fransiscus membuat pernyataan sangat mendalam tentang koperasi. Paus Fransiskus katakan, ” jika pemimpin pemimpin dunia itu paham apa itu ideologi koperasi, apa itu gerakan koperasi dan apa itu perusahaan koperasi, maka dunia tidak akan seburuk ini”.
Perkataan Paus itu oleh Ibu Pauline Green dianggap tidak mungkin diucapkan oleh orang yang tidak mengerti koperasi. Sebab koperasi itu memang memiliki makna kedalaman ideologis. Praktisi koperasi yang sudah menjalankan koperasi hingga emiritus juga belum tentu memahami makna koperasi secara lengkap seperti yang diuraikan oleh Paus selanjutnya.
Paus ternyata bukan hanya orang yang mengerti koperasi secara ideologis mendalam, tapi juga pernah bekerja di koperasi ketika masa mudanya di Argentina. Dia bekerja di koperasi rumah sakit. Bukan koperasi karyawan yang berada di rumah sakit seperti di Indonesia, tapi rumah sakit yang memang diselenggarakan secara koperasi. Dimana sebuah rumah sakit dimiliki dan dikendalikan secara demokratis oleh pasien, pekerja, dan masyarakat luas. Sesuatu yang tidak ada praktiknya di Indonesia hingga saat ini karena regulasi rumah sakit melarangnya, mendiskriditkan koperasi.
Pernyataan Paus yang anggap dunia carut marut dan dihinggapi keserakahan, penindasan, konflik dan krisis hari ini memang buruk. Perkataan Paus yang katakan jika pemimpin pemimpin dunia itu paham apa ideologi koperasi maka dunia tidak akan seburuk ini memang benar adanya. Sebab memang secara praxist koperasi itu ingin membawa ke jalan kesetaraan manusia dalam praktik keseharian, melawan keserakahan dan penindasan, mendorong jalan perdamaian.
Koperasi sebagaimana dikatakan Profesor Ian MacPherson adalah sebagai ideologi yang unik. Berbeda dengan ideologi-ideologi epik besar semacam kapitalisme, sosialisme, anarkisme, sosial demokrasi, dan sebagainya. Koperasi mengambil pandangan natural manusia secara optimistik dan percaya bahwa sebagian besar orang dapat mengontrol dan mengatasi persoalan ekonomi masing-masing. Koperasi memercayai sistem demokrasi dapat digunakan secara efektif di tengah pasar karena manfaatnya yang nyata. Koperasi pun percaya bahwa organisasi ekonomi harus inheren dalam tujuan sosialnya. Koperasi percaya pada fungsi integrasi dari struktur federasi dalam mempertajam tujuan ekonomi. Koperasi percaya bahwa yang disebut “nilai lebih” dapat didistribusikan melalui basis partisipasi yang adil. Berikutnya, ideologi koperasi memerangi kehilangan makna pembaruan dari pertarungan besar sistem liberalisme, konservatisme, sosial demokrasi, marxisme, dan anarkisme ( MacPherson, 1994).
Ketika dunia sedang mengalami stagnasi gagasan dalam membangun masa depan saat ini, koperasi memiliki kelayakan yang kuat untuk dikaji. Sistem pasar kapitalistik yang dianggap keropos karena hanya menciptakan kesenjangan yang semakin tinggi dan lebar koperasi memiliki relevansi karena koperasi memang bertujuan untuk ciptakan sistem keadilan sosial secara inheren dalam sistemnya. Ketika pasar terbukti tidak dapat bekerja ketika menghadapi masa stagflasi maka sistem koperasi dapat menjadi solusi karena koperasi mendorong usaha agar sistem ekonomi itu berjalan dengan singkirkan praktik spekulasi.
Sementara itu, ketika sistem gagasan yang berpusat pada negara dianggap gagal dalam melaksanakan tugas mendistribusikan kesejahteraan kepada masyarakat maka koperasi menjadi menarik karena tempatkan masyarakat dan setiap individu itu untuk mengambil tanggungjawabnya sendiri.
Simpulannya, koperasi bukan hanya layak menjadi jalan dan cara baru bagi terbentuknya dunia lain selain kapitalisme hari ini.. Namun, kecenderungan nyata dari gejala perubahan perilaku masyarakat yang kasat saat ini menunjukkan betapa dekatnya sistem koperasi sebagai sistem post revolusioner ini bisa dimulai. Jadi benar apa yang dikatakan Paus Fransiskus, jika koperasi dipahami maka dunia tidak akan seburuk ini. (***)